USIANYA terbilang sudah senja, 49 tahun. Tapi, juara kelas berat ringat WBA/IBF Bernard Hopkins belum berniat gantung sarung tinju. Lawan yang menantang, pantang ditolak.
"Ia terlihat kokoh. Kuat, kejam, dan lapar," kata Oscar De La Hoya, petinju The Hall of Fame yang beralih profesi jadi promotor.
"Sungguh menakjubkan. Hopkins seperti singa. Jab-nya masih keras, kombianasi yang tajam dengan pukulan-pukulan berirama. Ia petinju yang kejam."
Tapi, usia tak bisa dusta. Ada bintik abu-abu di janggut Hopkins yang menandakan dirinya akan genap 50 tahun pada dua bulan ke depan. Ia jadi petinju tertua yang memenangkan gelar juara dunia ketika mengalahkan petinju Kanada Jean Pascal, pemegang sabuk kelas berat ringan WBC pada 2011.
Bukan hanya Oscar yang salut pada Hopkins. Mantan juara dunia tinju kelas welter WBO, Timothy Bradley juga acungkan jempol. Ia memberikan dukungannya kepada Hopkins, yang akan menjalani duel unifikasi kontra juara WBO, Sergey Kovalev, Minggu (9/11).
Dengan usia yang hampir setengah abad, Bradley yakin jika Hopkins jauh lebih berpengalaman kendati Kovalev memiliki kekuatan pukulan mematikan. "Saya selalu bersama petinju, pria yang berusia lima puluh tahun, masih memiliki kaki segar, yang bisa bergerak dan berpikir dan memukul lawannya, saya harus mendukungnya," jelas Bradley kepada On The Ropes Boxing Radio.
Menurut Bradley, walaupun Kovalev jauh lebih muda dan memiliki pukulan keras serta kecepatan yang bagus, namun petinju belum terkalahkan asal Rusia itu belum pernah menghadapi pertarungan yang ketat yang pernah dialami Hopkins dalam kariernya.
"Ia belum bertemu petinju seperti Hopkins yang sangat licin, yang sudah makan asam garam, yang paham seluk-beluk ring, ia seperti seorang penyihir."