TAHU-tahu, pada PON 2024 nanti, tim sepakbola DKI Jakarta sudah terlalu lama terlelap dalam tidurnya, 47 tahun guys. Jakarta terakhir jadi juara PON 1977 setelah sebelumnya tahun 1973.
Pada 1977, tim sepakbola DKI Jakarta merebut medali emas setelah di final mengalahkan DI Aceh 3-0 melalui gol Iswadi Idris, Sofyan Hadi, dan Andi Lala.
Setelah itu, tim sepakbola Ibukota tak pernah lagi jadi juara. Bahkan, pada PON Papua 2020, Kontingen DKI Jakarta tanpa tim sepakbola alias gagal lolos setelah pada PON 2016 menjadi juru kunci Grup A di bawah Jabar, Jateng, dan Bali. Masih lebih baik tentunya dibandingkan PON 2012 di mana Jakarta juga tak menampakkan batang hidungnya di Riau 2012.
Tak perlu mencari kambing hitam. Tapi, sepakterjang itu membuktikan sepakbola di Jakarta tidak dikelola dengan baik oleh siapa pun ketua Asprov-nya. Kondisi itu, apalagi, diperparah ketika Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso membumihanguskan Stadion Menteng yang dibangun Belanda pada 1921 dengan nama Voetbalbond Indische Omstreken Sport (Viosveld).
Sejak stadion bersejarah itu dihapus, sepakbola Jakarta tak lagi punya kebanggaan. Sepakbola Jakarta seperti gelandangan tanpa rumah tinggal, apalagi setelah Stadion Lebakbulus yang notabene milik swasta, kemudian juga diberangus jadi Stasiun MRT.
Stadion Menteng dihapus tanpa lebih dulu membangun stadion baru sebagai homebase Persija yang identik sebagai muara pemain yang mengasah diri di klub-klub di bawah Asprov PSSI DKI Jakarta.
Baca Juga: Gede Widiade: Stadion JIS Bangun Atmosfer Sepakbola Indonesia
Tanpa prestasi itu malu-maluin, kata orang Betawi mah. Tapi, itulah faktanya. Waktu 47 tahun bukanlah waktu yang singkat.
Menyedihkan, terutama bagi orang-orang yang selama ini melakukan pembinaan usia muda seperti Taufik Jursal Effendi. Talenta-talenta muda sepakbola DKI Jakarta tak pernah ada yang bisa menjadi tulang punggung tim yang bisa diandalkan untuk jadi juara dalam 11 kali PON terakhir.
Kini, Jakarta International Stadium didirikan Gubernur Anies Baswedan setelah upaya serupa dilakukan pendahulu-pendahulunya namun selalu gagal.
“JIS harus jadi rumah baru untuk sepakbola Jakarta,” kata Taufik Jursal, Direkrut Kompetisi jakartarayaleahue1One dan CEO Persija Barat FC.
JIS tentu menjadi sumber inspirasi talenta-talenta muda di Jakarta untuk bisa masuk dan bermain di dalamnya. Tapi, impian mereka bisa saja kandas jika tak didampingi para pembina yang punya satu visi dan satu misi untuk membawa tim sepakbola DKI Jakarta jadi juara di PON 2024.
Baca Juga: Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, Resmikan Lapangan Latih Stadion JIS
Menurut Taufik, wajar jika para pemain muda punya ambisi tampil di JIS karena stadion itu begitu megah, menampung 82 ribu penonton, desain ramah lingkungan, termasuk rumput hybrid yang disebut dapat digunakan 1000 jam pertandingan.
“Berdasarkan pengalaman saya keliling dunia dari Tokyo hingga Swedia, JIS bukan saja kebanggaan tetapi juga memiliki magnet bagi pesepakbola muda untuk bisa tampil di sana,” tambah Taufik.