Salah seorang voters di KLB PSSI lalu, Edy Moelyo asal Persikab Kabupaten Bandung, mengungkap bobroknya pemilihan Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali sebagai Wakil Ketua Umum (Waketum) PSSI.
Menurutnya, PSSI telah menciptakan kepengurusan haram dengan memilih Zainudin Amali.
Pemilihan Waketum PSSI dilakukan saat Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI, 16 Februari lalu. Menurut Edy, Zainudin Amali terpilih melalui cara-cara yang tidak sportif.
"Tunggu waktu yang tepat, kebenaran pasti ketemu jalannya. Kami akan ungkap tabir ini semua," ujarnya.
Dijelaskannya, proses pemilihan hingga akhirnya Zainudin Amali terpilih sebagai Waketum PSSI telah melanggar statuta. Bahkan, ia menyebut kecurangan yang terjadi dalam KLB PSSI sangat kasat mata.
Dalam proses pemilihan awal Waketum, sejatinya Zainudin Amali dan Yunus Nusi telah dinyatakan menang. Zainudin memperoleh 66 suara sedangkan Yunus Nusi 63 suara. Sementara kandidat lainnya, Ratu Tisha, hanya mendapat 41 suara, dan dipastikan kalah.
Namun, hasil pemilihan tersebut mendapat banyak pertentangan hingga akhirnya voters atau pemilik suara meminta dilakukan pemilihan ulang.
Dalam pemilihan ulang, Ratu Tisha yang mendapat 54 suara dan Yunus Nusi dengan 53 suara, terpilih sebagai Waketum untuk mendampingi Erick Thohir yang menang dalam pemilihan Ketua Umum (Ketum) PSSI. Sementara Zainudin Amali tersisih karena hanya mendapat 44 suara.
Namun, Yunus Nusi mengundurkan diri. Komite Pemilihan (KP) lalu menetapkan Zainudin Amali sebagai pengganti dan menjadikannya sebagai Waketum PSSI 1. Sedangkan Ratu Tisha menjadi Waketum PSSI 2. Kabarnya, penetapan itu dilakukan lantaran Zainudin Amali dinilai lebih berpengalaman di sepak bola.
"Dalam pemilihan hingga akhirnya Zainudin Amali ditetapkan menjadi Waketum PSSI 1, banyak drama yang terjadi. Aneh, yang kalah kok bisa jadi Waketum PSSI 1 karena arahan ketua KP. Seharusnya, diadakan pemilihan lagi dengan melibatkan Cawaketum lainnya yang sama-sama kalah seperti Amali. Ini akan kami usut," jelasnya.
"Yunus Nusi boleh mundur, namun Ratu Tisha seharusnya jadi Waketum PSSI 1 pada saat KLB tersebut. Karena Statuta FIFA dan PSSI itu tidak mengenal 'hibah' suara. Harusnya ketika Yunus Nusi mundur, maka dilakukan pemilihan ulang. Ini sandiwara terang-terangan. Dan hal ini dilakukan secara massif dan terstruktur, " tambahnya.
Edy menilai ada mafia yang turut mengendalikan pemilihan Waketum hingga memunculkan nama Zainudin Amali. Oleh sebab itu, berharap Ketua Umum PSSI terpilih, Erick Thohir, tidak terjerumus dengan hal-hal tersebut.
"Semua ini ada mafia yang mengendalikannya. kita harus menjaga Ketua Umum Erick Thohir agar tidak didikte sama mafia-mafia bola yang sudah bersarang dalam PSSI. Intinya kita tunggu saja, kebenaran dan kecurangan Zainudin Amali di KLB PSSI akan terbongkar," ujarnya.
Tidak itu saja, Edy mengaku heran dengan proses pemilihan yang tidak melibatkan saksi dan media.